DINAMIKA KONFLIK DALAM ORGANISASI
Secara bahasa konflik berasal dari bahasa latin
configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana
salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Pengertian lain konflik menurut beberapa ahli antara
lain:
1.
Taquiri
(1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam
berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
2.
Gibson, et al
(1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling
tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing
komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan
tidak bekerja sama satu sama lain.
3.
Robbin
(1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu
atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi
maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka
mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik
tersebut telah menjadi kenyataan.
4.
Muchlas (1999),
konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual,
interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi.
Perubahan pandangan tentang konflik
·
Persepsi :
konflik ada karena persepsi berbeda dari pihak – pihak yang bersangkutan.
·
Pertentangan
: konflik timbul karena adanya pertentangan kepentingan.
·
Kelangkaan :
konflik terjadi karena sumber – sumber adanya tidak tak terbatas.
· Blokade :
konflik didorong oleh perilaku suatu pihak yang memblokir pencapaian tujuan
dari pihak lain.
· Perbedaan cara
: konflik juga bisa terjadi karena perbedaan cara untuk mencapai tujuan yang
sama.
Jenis – jenis Konflik :
1.
Person Role conflict
Konflik peranan yang terjadi didalam diri seseorang.
Konflik ini pada hakekatnya meminta kesadaran orang untuk menaati peraturan
yang ada atau memerlukan kesetiaan orang pada organisasi.
2.
Inter-role conflict : Konflik antar peranan, yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat satu atau lebih fungsi yang saling
bertentangan. Konflik ini dapat dihindari dengan mendefinisikan kembali tugas
yang terlebih dahulu telah dispesialisasikan
dan dialokasikan pada seorang tertentu sehingga akibat negative dwi fungsi diminimumkan.
3.
Intersender conflict : Konflik yang timbuk karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang. Ini dapat dihindari dengan
memperlakukan sama bagi semua
pihak-pihak yang berkepentingan.
4.
Intrasender conflict : konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling
bertentangan.
Lima Jenis Konflik (menurut pihak –
pihak yang saling bertentangan):
1.
Konflik dalam
diri individu
Yang terjadi bila seseorang individu menghadapi ketidakpastian
tentang pekerjaan yang dia harapkan
untuk melaksanakannya.
2.
Konflik antar
individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh
perbedaan-perbedaan kepribadian.
3.
Konflik antar
individu dan kelompok.
Yang berhubungan dengan individu menanggapi tekanan
untuk keseragaman yang dipaksakan oleh
kelompok kerja mereka.
4.
Konflik antar
kelompok dalam organisasi yang sama.
Konflik ini terjadi karena pertentangan kepentingan
antar kelompok.
5.
Konflik antar
organisasi.
Yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi
dalam system perekonomian suatu Negara.
Metode – Metode Pengolahan
Mengendalikan
konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan
organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi
yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik
perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1.
Mempertegas atau
menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua
atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit
kerja saja.
2.
Meminimalkan
kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama
yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar
sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan
semua unit kerja.
4. Membentuk forum
bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang
berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang
sama.
5.
Membentuk sistem
banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan
mendengarkan dan membuat keputusan.
6.
Pelembagaan
kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat
mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7.
Meningkatkan
intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan
berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama
lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8.
Me-redesign
kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam
menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
Konflik Struktural
Dalam organisasi klasik ada empat bidang structural:
1.
Konflik
hirarkis,yaitu konflik antara berbagai tingkatan organisasi.
2.
Konflik
fungsional,yaitu konflik antara berbagai departemen fungsional organisasi.
3.
Konflik
lini-staf,yaitu konflik antar lini dan staf.
4.
Konflik formal –
informal,yaitu konflik antara organisasi formal dan informal.
Konflik Lini
dan Staff
Konflik
lini dan staff adalah konflik antara lini dan staff yang berhubungan dengan
wewenang atau otoritas kerja. Contoh konflik: Karyawan staff secara tidak formal
mengambil wewenang yang berlebihan. Konflik Lini dan Staff ini adalah konflik
yang sering terjadi di dalam organisasi, biasanya konflik ini terjadi karena perbedaan
pandangan para anggota Lini dan Staff.
·
Menurut pandangan
Lini
Para anggota Lini sering memandang para
anggota staff sering melangkahi wewenang. Staff tidak memberikan nasehat yang
bermanfaat. Staff sering menumpang kebehasilan Lini.
·
Menurut pandangan
Staff
Lini kurang memanfaatkan staff. Lini menolak
gagasan-gagasan baru dari anggota staff. Lini memberi wewenang terlalu kecil
kepada staff.
Penanggulangan Konflik Lini dan Staff
·
Manajemen puncak
harus secara jelas menyampaikan delegasi departemen-departemen staff.
·
Tanggung jawab
lini dan staff harus jelas / diperjelas.
·
Mengintegrasikan
kegiatan-kegiatan lini dan staff.
·
Mengajarkan lini
untuk menggunakan staff.
Peran dan Teknik Pengendalian dalam
Manajemen
1. PENGERTIAN PENGENDALIAN
Pengendalian
merupakan salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian dilakukan dengan
tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik
sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian memang
merupakan Pengendalian juga dapat diartikan sebagai bagian dari pengetahuan
perilaku terapan (applied
behavioral science) yaitu berbagai cara melakukan mengenai cara
menjalankan dan mengendalikan perusahaaan atau organisasi yang dianggap baik.
Yang dimaksud dari Tolak ukur kinerja yang mencerminkan perusahaan / organisasi
yang berjalan secara Apresiasi kepada sumber daya yang dimiliki perusahaan
organisasi.
Alasan melakukan pengendalian/pengawasan adalah :
·
Kemungkinan
adanya pelanggaran dalam pelaksanaan perencanaan.
·
Kemungkinan
terjadinya kesalahfahaman pihak perencana dan pelaksana.
·
Kemungkinan
kurangnya penjabaran pekerjaan.
·
Kemungkinan
bawahan kurang menguasai pekerjaan.
Pengendalian
memiliki beberapa tujuan :
·
Supaya proses
pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana.
·
Melakukan
tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-penyimpangan.
·
Supaya tujuan
yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
Pengendalian
bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi berusaha untuk menghindari
terjadinya kesalahan-kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan. Jadi
pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses, yakni
hingga hasil akhir diketahui. Dengan pengendalian diharapkan pemanfaatan
unsur-unsur manajemen efektif dan efisien.
Elemen-elemen System Pengendalian:
1.
Pelacak (detector)
atau sensor, sebuah perangkat yang mengukur apa yang sebenarnya terjadi dalam
proses yang sedang dikendalikan.
2.
Penaksir (assessor),
suatu perangkat yang menentukan signifikasi dari peristiwa actual dengan
membandingkanya dengan bebrapa standar atau ekspetasi dari yang sebenarnya
terjadi.
3.
Effektor, suatu
perangkat yang sering disebut feedback yang mengubah perilaku jika assessor
mengindikasikan kebutuhan yang dipenuhi.
4.
Jaringan
komunikasi, perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan assessor
dan antara assessor dan effektor.
Jadi
pengendalian dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari beberapa sistem
yang saling berhubungan untuk membantu manajemen suatu organisasi/perusahaan untuk
mencapai tujuannya melalaui strategi tertentu secara efisien dan efektif dan
mencegah adanya penyimpangan atau setidaknya memperkecil kesalahan yang mungkin
akan terjadi
JENIS-JENIS PENGENDALIAN
1.
Pengendalian
Pendahuluan
Pengendalian ini memastikan bahwa sebelum kegiatan
dimulai, maka sumber daya manusia, bahan dan modal yang diperlukan sudah
dianggarkan sehingga bilamana kegiatan dilakukan, maka sumber daya tersebut
tersedia, baik menyangkut jenis, kualitas, kuantitas, maupun sesuai dengan
kebutuhan.
2.
Pengendalian
Bersamaan
Dalam hal ini, manajer melakukan fungsi pengarahan
kepada pekerjaan bawahannya. Pengarahan yang dimaksud, yaitu melalui tindakan
ketika mereka memberikan instruksi kepada bawahan dalam berbagai metode dan
prosedur yang layak serta mengawasi pekerjaan bawahan untuk menjamin supaya
pekerjaan dikerjakan dengan baik.
3.
Pengendalian
Umpan Balik
Sistem pengendalian umpan balik biasanya berfokus pada
hasil-hasil akhir sebagai dasar perbaikan berbagai tindakan masa depan. Metode
umpan balik yang dipakai dalam bisnis meliputi analisis laporan keuangan,
pengendalian kualitas, dan evaluasi kinerja
PROSES PENGENDALIAN
Menurut
Robbins dan Coulters, proses pengendalian terdiri dari 4 aktifitas yaitu:
·
Penetapan tujuan
(goal setting)
·
Pengukuran
(measuring)
·
Membandingkan
kinerja actual dengan standar kinerja (comparing actual performance against standard)
·
Tindakan
manajerial (managerial action).
Penetapan
tujuan diawali dengan adanya penetapan terlebih dahulu berbagai tujuan yang ingin
dicapai oleh perusahaan, strategi untuk mencapai tujuan tersebut sampai
penentuan anggaran yang menunjukan rencana alokasi masing-masing sumber daya
organisasi perusahaan dalam menunjang pencapaian tujuan.
Pengukuran
merupakan penetapan satuan numeric terhadap suau objek yang di ukur. Aktifitas
pengukuran menyangkut 2 hal :
·
Pengukuran
berkaitan dengan apa yang di ukur.
·
Pengukuran
berkaitan dengan bagaimana pengukuran dilakukan.
Membandingkan
merupakan proses membandingkan kinerja actual dengan starndard kinerja dan
berbagai tujuan yang telah ditetapkan tujuan maupun standard ditetapkan pada tahap
perencanaan (planning).
Tindakan
managerial langkah terakhir dari proses pengendalian adalah melakukan
evaluasi terhadap kinerja yang dicapai
organisasi secara keseluruan maupun pencapaian kinerja individu
KARAKTERISTIK PENGENDALAIN YANG EFEKTIF
Berawal ketika director mencari informasi tentang aktivitas,
director ini dapat berupa system informasi baik formal maupun informal, yang
menyediakan informasi kepada pimpinan mengenai apa yang terjadi di dalam suatu
aktifitas.
Setelah
informasi diperoleh, aktifitas yang terekam di dalamnya dibandingkan dengan standart atau patokan berupa criteria
mengenai apa yang seharusnya dilaksanakan
dan seberapa jauh juga pembenaran.
Proses
perbaikan dilaksanakan oleh efektir, sehingga penyimpangan-penyimpangan diubah
agar kegiatan kembali mengikuti criteria yang telah ditetapkan. Begitulah proses
pengendalian manajemen, dinamis dan berkelanjutan.
PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN
Tidak
ada sistem yang baik dan buruk, yang ada adalah suatu desain system pasfit dengan
lingkungan bisnis yang dihadapi oleh organisasi. Suatu system dengan lingkungan
tempat system tersebut digunakan untuk menjadikan system tersebut efektif untuk
menjalankan bisnis dilingkungan tersebut. Oleh karena itu mendesain system
pengendalian manajemen, karakteristik lingkungan bisnis yang dimasuki oleh
organisasi merupakan dasar untuk mendesain system tersebut. Pendekatan
penyusunan system seperti itu disebut Contingency Approach.
Lingkungan
bisnis ibarat suatu territorial, untuk menjelajahi diperlukan suatu peta. Peta
yang menggambarkan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh manajemen disebut paradigma the
way we see
the world. Paradigm tertentu kita
memandang dunia yang dihadapi, dan denagn paradigma ini kita bersikap dan
bertindak. Serta berdasarkan paradigm tersebut kita mendesain system suatu alat
yang kita digunakan untuk mengorganisasikan berbagai sunber daya untuk
mewujudkan system.
PENGENDALIAN KEUANGAN
Laporan Keuangan
Laporan
keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode
akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi :
·
Neraca
·
Laporan laba rugi
·
Laporan perubahan
ekuitas
·
Laporan perubahan
posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus.
·
Catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
Unsur
yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,
kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja
dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya
mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai
unsur neraca.
Laporan
keuangan digunakan untuk menelusuri nilai uang dari barang atau jasa yang masuk
kedalam dan luar organisasi. Laporan memberikan sarana untuk memonitori tiga
kondisi utama keuangan, yaitu:
1. Likuiditas yaitu kemampuan mengubah
aktiva menjadi uang tunai agar dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek.
2.
Kondisi umum keuangan yaitu keseimbangan jangka panjang antara utang fan
kekayaan.
3.
Profitabilitas yaitu kemampuan untuk mendapatkan laba secara kurun waktu yang
panjang.
METODE PENGENDALIAN ANGGARAN
Anggaran
adalah laporan kuantitatif formal mengenai sumber daya yang disisihkan untuk
melaksanakan aktivitas yang telah direncanakan selama jangka waktu tertentu. Anggaran
dapat dinyatakan dalam bentuk uang yang mudah digunakan dalam berbagai kegiatan
aktivitas organisasi atau perusahaan. Aspek keuangan dari anggaran dapat memberikan
informasi secara langsung mengenai modal dan laba. Anggaran juga dapat menetapkan
standar prestasi kerja yang jelas dan tidak meragukan untuk jangka waktu
tertentu.
Proses
pembuatan anggaran dimulai ketika manajer menerima ramalan ekonomi serta penjualan
penjualan dan laba untuk tahun mendatang dari manajemen puncak, bersama dengan
jadwal kapan dengan pengukuran harus diselesaikan. Selama proses penjualan anggaran
ketika sumber daya tang terbatas milik perusahaan dialokasikan, manajer mungkin
merasa khawatir bawha mereka tidak mendapat bagian yg adil.
Berikut adalah berbagai macam anggaran :
1.
Anggaran Operasi
Menunjukan barang dan jasa yang diperkirakan akan
dikonsumsi oleh perusahaan selama periode anggaran.
2.
Anggaran keuangan
Menyatakan secara rinci uang yang akan dikeluarkan
oleh perusahaan selama periode yang sama dan darimana asal uang tersebut.
JENIS-JENIS ANGGARAN
Pengertian
anggaran (budget) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, meliputi seluruh
kegiatan perusahaan, dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk
jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang (Munandar, 1986).
1.
Anggaran
penjualan
Anggaran penjualan merupakan suatu penentuan jumlah
unit penjualan yang diperkirakan akan dijual di dalam suatu perusahaan untuk
periode yang akan datang. Pada umumnya anggaran penjualan ini akan menyebutkan
jumlah unit yang dijual serta harga jual per unit produk tersebut untuk
masing-masing daerah penjualan yang ada. Dengan demikian, maka dari anggaran
penjualan yang disusun tersebut akan dapat diketahui proyeksi penerimaan
pendapatan perusahaan dari penjualan produk serta jumlah unit untuk
masing-masing jenis produk yang dijual.
Untuk menyusun anggaran penjualan ini perlu disusun
peramalah penjualan perusahaan dengan mempergunakan model yang paling sesuai
dengan situasi dan kondisi dari penjualan produk perusahaan. Beberapa model
yang dapat dipergunakan untuk mengadakan penyusunan anggaran penjualan produk
perusahaan ini antara lain model trend pangkat tunggal, tren pangkat dua,
regresi, dan lain-lain.
2.
Anggaran Produksi
Anggaran produksi dapat disusun setelah mengetahui
berapa besar rencana penjualan untuk masing-masing produk. Rencana penjualan
ini dapat dilihat dalam anggaran penjualan. Berdasarkan rencana penjualan yang
telah tersusun tersebut serta dengan mempertimbangkan perubahan persediaan
produk akhir yang ada, maka anggaran produksi akan dapat disusun.
Di dalam menyusun anggaran produksi bulanan, maka akan
dikenal penerapan dari pola produksi yang ada di dalam perusahaan. Di dalam
pemilihan pola produksi untuk perusahaan, maka manajer selayaknya
mempertimbangkan berbagai macam faktor yang berhubungan dengan biaya –biaya
yang harus menjadi tanggungan perusahaan apabila perusahaan tersebut memilih
salah satu dari pola produksi tersebut. Sebagaimana diketahui, pola produksi
ada tiga macam:
·
Pola Produksi
Konstan
Pola produksi konstan merupakan pola produksi di mana
jumlah produksi dari bulan ke bulan adalah sama atau relatif sama, Walaupun
terdapat perubahan penjualan produk perusahaan dari satu bulan dengan bulan
yang lain.
·
Pola Produksi Bergelombang
Pola produksi merupakan pola produksi dimana jumlah
produksi di setiap bulan mengalami perubahan sesuai dengan perubahan penjualan,
sedangkan jumlah persediaan barang jadi adalah stabil atau tetap.
·
Pola Produksi
Moderat
Pola produksi moderat merupakan suatu pola produksi
dimana jumlah produksi di setiap bulan selalu mengalami perubahan, namun
perubahan ini tidak akan sebesar perubahan penjualan produk yang ada. Perubahan
penjualan produk akan diserap secara bersama-sama di dalam perubahan jumlah
produksi dan persediaan barang jadi. Manajemen perusahaan akan berusaha untuk
mengadakan pemilihan pola produksi yang paling sesuai dengan situasi dan
kondisi dari perusahaan tersebut.
3.
Anggaran Bahan
Baku
Apabila anggaran produksi telah disusun, maka anggaran bahan
baku telah dapat disusun pula. Penyusunan anggaran bahan baku akan dilakukan
secara bertahap. Tahap pertama adalah mengidentifikasi tingkat penggunaan bahan
baku atau yang disebut dengan material
usage rate. Apabila tingkat
penggunaan bahan baku ini telah diketahui, maka dengan mempergunakan data
anggaran produksi (dimana diketahui jumlah yang akan diproduksi selama satu
periode) maka akan dapat disusun jumlah unit kebutuhan bahan baku untuk
keperluan proses produksi. Setelah itu baru kemudian diperhitungkan besarnya
jumlah unit kebutuhan bahan baku yang akan dibeli. Jumlah unit bahan baku yang
akan dibeli akan sama dengan besarnya jumlah unit kebutuhan bahan baku untuk
proses produksi ditambah atau dikurangi dengan selisih yang terjadi antara
persediaan awal dengan rencana persediaan akhir dari bahan baku yang akan
dipergunakan tersebut. Apabila persediaan awal bahan baku ternyata lebih besar
dari rencana persediaan akhir, maka besarnya pembelian bahan baku akan sama
dengan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi dikurangi dengan selisih
persediaan awal dengan persediaan tersebut, begitu pula sebaliknya. Dengan
dasar kebutuhan bahan baku yang akan dibeli ini maka manajemen perusahaan akan
dapat memperhitungkan berapa besarnya dana yang diperlukan di dalam pembelian
bahan baku untuk keperluan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan
4. Anggaran Tenaga Kerja
Langsung.
Tenaga kerja
langsung adalah tenaga manusia yang bekerja langsung dalam pengolahan produk. Sedangkan tenaga kerja tak langsung
adalah tenaga kerja manusia yang ikut membantu penyelesaian produk. Anggaran
tenaga kerja langsung meliputi taksiran keperluan tenaga kerja yang diperlukan
untuk memproduksi jenis dan berapa banyak kuantitas produk yang direncanakan
dalam anggaran produksi. Rumus yang digunakan untuk menyusun anggaran biaya
tenaga kerja langsung (BTKL) atau biaya tenaga kerja langsung standar (BTKLSt)
sebagai berikut :
5.
Anggaran Biaya Overhead Pabrik.
Biaya overhead pabrik
merupakan komponen ketiga dalam penyusunan
perhitungan besarnya harga pokok produksi. Biaya overhead pabrik terdiri dari
seluruh biaya yang terjadi di dalam pabrik kecuali biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
6.
Anggaran
Persediaan
Anggaran persediaan merupakan anggaran yang
merencanakan secara terperinci berapa nilai persediaan pada periode yang akan
datang. Pada perusahaan manufaktur persediaan yang ada terdiri dari 3 jenis,
yakni persediaan material, persediaan barang setengah jadi, persediaan barang
jadi.
7.
Anggaran Biaya Non Produksi
Anggaran biaya
non produksi merupakan struktur terinci yang tidak termasuk dalam biaya-biaya produksi. Selain itu biaya
non produksi ini hanya sebagai penunjang kegiatan produksi sehingga tidak akan
mempengaruhi penjualan yang sudah dianggarkan dan kebutuhan persediaan.
8.
Anggaran Pengeluaran Modal
Anggaran
pengeluaran modal merupakan anggaran yang mengumpulkan laba sebanyak-banyaknya dengan mengeluarkan semua aktiva
atau modal yang dimiliki. Oleh karena itu dalam anggaran ini harus sangat
teliti dalam mengambil keputusan untuk menghindari kerugian yang sangat besar.
9.
Anggaran Kas
Anggaran kas merupakan anggaran yang sederhana
menunjukkan saldo awal kas, ditambah kas masuk yang diantisipasi lebih,
dikurangi pengeluaran kas yang diantisipasi, saldo kas lebih atau kurang maupun
yang akan mungkin perlu dipinjam.
10. Anggaran Rugi Laba
Anggaran rugi-Laba merupakan hasil akhir dari semua
anggaran operasional seperti penjualan, harga pokok penjalan, biaya komersil
dan biaya adminstrasi dan keuangan diringkas dalam laporan laba-rugi
dianggarkan.
11. Anggaran Neraca
Anggaran neraca adalah neraca yang memberikan gambaran
saldo akhir aktiva, utang, dan modal yang diantisipasi jika rencana yang
dianggarkan terlaksana dengan baik.
12. Anggaran Perubahan Posisi Keuangan
Anggaran perubahan posisi keuangan adalah memuat
mengenai rencana perubahan aktiva, utang, dan modal perusahaan selama periode
yang dianggarkan untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan.
